Teori ERG Alderfer
Teori
Motivasi Kerja ERG oleh Clayton Alderfer
Di era tahun 60-80an, dilakukan sebuah penelitian oleh
Clayton Alderfer. Penelitian panjang ini kemudian lahir menjadi teori ERG.
Teori ERG ini sendiri merupakan turunan dan terinsipirasi dari teori motivasi
kerja yang telah hadir sebelumnya yang ditemukan oleh Abraham Maslow.
Teori Alferder melihat bahwa jika seseorang hidup di
satu tempat memiliki kebutuhan mendesak yang berbeda dengan yang hidup di
tempat lain. Bagi seorang anak di Afrika, ketersediaan makanan dan air bersih
merupakan hal yang harus dipenuhi segera. Namun berbeda dengan anak yang ada di
wilayah Eropa yang mungkin merasa terdesak untuk mendapatkan akses Wifi.
Clayton Alderfer, Pencetus Teori
Motivasi ERG
Dr. Clayton Paul Alderfer ABPP
(1940) adalah Amerika psikolog, pembicara, penulis, pengusaha, konsultan dan
sarjana. Sang psikolog ini kemudian menjadi semakin terkenal dengan teori ERG
nya. Titik awal dalam pengembangan teori ERG ini dimulai dengan mengembangkan
teori ini Hirarki kebutuhan Maslow. Penelitian empiris untuk membentuk teori
ERG ini dilakukan sejak tahun 1966 sampai 1989.Pada 1962, Alderfer mendapatkan
gelar sarjana secara cum laude dari Universitas Yale di Amerika Serikat. Pada
tahun 1966, ia memperoleh gelar Ph.D., juga dari Universitas Yale. Pada tahun
1975 Clayton Alderfer menerima ijazah di bidang psikologi. Setelah dia menyelesaikan studinya,
Clayton Alderfer bergabung Cornell University sebentar (1966-1968). Kemudian ia
bergabung dengan Universitas Yale di mana ia menjadi anggota Fakultas selama 24
tahun (1968-1992). Di sini, ia berperan sebagai dosen, peneliti dan Direktur Program.
Selama bertahun-tahun ia melakukan penelitian empiris tentang tiga kebutuhan
manusia, yaitu: kebutuhan bertahan hidup, kebutuhan untuk hidup sosial dan
kebutuhan untuk tumbuh berkembang. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)
oleh Clayton Alderfer menjadi pembahasan banyak buku manajemen hingga saat ini. Setelah tahun 1992, Clayton Alderfer
bergabung Rutgers, sebuah universitas di New Jersey di Amerika Serikat. Selama
dua belas tahun ia menjabat sebagai Direktur akademik dan memainkan peran
penting dalam Fakultas tempat dia bekerja. Clayton Alderfer akhirnya bekerja
sebagai konsultan dan mendirikan firma konsultasi sendiri: Alderfer and
Associates. Konsultan milik Alderfer ini menyewakan jasa untuk organisasi
maupun pribadi, profit, non-profit maupun sektor publik.
Lahirnya Teori Motivasi ERG besutan
Alderfer
Teori motivasi kerja dari Abraham
Maslow menyatakan bahwa ada 5 kebutuhan manusia yang berbentuk hierarki. Antara
lain, kebutuhan kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan diri, dan
aktualisasi diri. Menurut Maslow, setiap manusia pemunuhan ini berjenjang dari
hierarki paling bawah ke paling atas. Menariknya, Alderfer mencoba melihatnya
dari perspektif kebudayaan, wilayah geografis dan juga perbedaan individu.
Clayton Alderfer kemudian meringkas teori Maslow ini menjadi 3 hierarki
kebutuhan, yaitu kebutuhan bertahan hidup (Existence), kebutuhan diakui
lingkungan (Relatedness), dan kebutuhan pengembangan diri (Growth), yang
dikenal juga menjadi teori ERG. Alderfer menggabungkan kebutuhan fisiologis dan
rasa aman kedalam kebutuhan bertahan hidup versinya. Dia memasukan kebutuhan
akan cinta/pertemanan dan penghargaan diri secara internal ke dalam kebutuhan
sosial versinya. Terakhir dia memasukan kebutuhan penghargaan diri secara
eksternal dan aktualisasi diri ke dalam kolom kebutuhan pengembangan diri versi
ERP.
Teori
ini merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan Maslow oleh Clayton Alderfer agar lebih bisa diterapkan
dalam penelitian empiris. Revisi atas hierarki kebutuhan itu disebut
teori ERG. Alderfer menyatakan bahwa ada tiga kelompok utama
kebutuhan, existence, relatedness,
dan growth (ERG). Kelompok existence
berkaitan dengan penyediaan kebutuhan eksistensi bahan baku. Di sini existence
dapat disejajarkan dengan kebutuhan physiological dan safety dari
Maslow.
Kelompok
kedua adalah kebutuhan relatedness, yaitu hasrat yang dimiliki untuk
mempertahankan hubungan penting dengan orang lain. Hasrat sosial dan
status ini memerlukan interaksi dengan orang lain jika ingin dipuaskan, dan ini
dapat disejajarkan dengan kebutuhan social/love Maslow dan
komponen eksternal dari kelompok esteem Maslow. Terakhir, Alderfer
memisahkan kebutuhan growth, yaitu suatu hasrat intrinsik untuk
pengembangan pribadi. Ini antara lain adalah komponen intrinsik dari
kategori esteem Maslow dan karakteristik yang termasuk ke dalam self-actualization.
Tampaknya
teori ERG ini hanya menggantikan lima kebutuhan menjadi tiga kebutuhan
saja. Namun demikian, yang membedakan teori ini dari teori hierarki
kebutuhan Maslow adalah bahwa teori ERG ini menunjukkan bahwa (1) lebih dari
satu kebutuhan akan berjalan pada waktu yang sama, dan (2) jika pemenuhan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi itu mandeg, keinginan untuk memuaskan
kebutuhan yang lebih rendah semakin meningkat.
Lebih
lanjut, teori ERG ini tidak berasumsi bahwa terdapat suatu hierarki yang kaku
sehingga kebutuhan yang lebih rendah itu harus dipuaskan lebih dahulu sebelum
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Seseorang dapat saja bekerja untuk
tingkat growth walaupun kebutuhan existence dan relatedness
belum terpuaskan; atau bisa saja ketiga kelompok kebutuhan itu berjalan pada
waktu yang bersamaan.
Teori
ERG juga melibatkan dimensi halangan-kemunduran (frustration-regression).
Tidak seperti teori Maslow, teori ERG menyatakan bahwa bila tingkat kebutuhan
yang peringkatnya lebih tinggi itu terhalang, hasrat seseorang untuk
meningkatkan kepuasan ke tingkat yang lebih rendah akan lebih menggebu.
Ketidak-mampuan untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial, misalnya, akan
meningkatkan keinginan untuk mendapatkan uang lebih banyak atau kondisi kerja
yang lebih baik. Dengan demikian, halangan atau frustasi tersebut dapat
mengarah pada kemunduran atau regresi ke suatu kebutuhan yang lebih rendah.
Singkatnya,
teori ERG ini menyatakan, seperti halnya Maslow, bahwa kebutuhan
peringkat-rendah yang telah terpuaskan itu akan mengarah pada keinginan untuk
memuaskan kebutuhan yang peringkatnya lebih tinggi. Namun, berbagai
kebutuhan dapat bertindak sebagai motivator secara bersamaan, dan frustasi dalam
mencoba untuk memuaskan kebutuhan yang peringkatnya lebih tinggi dapat
mengakibatkan kemunduran pada suatu kebutuhan yang peringkatnya lebih rendah.
Dalam
hal ini, teori ERG bersifat lebih konsisten dengan pengetahuan mengenai
perbedaan individu di antara manusia. Variabel-variabel seperti
pendidikan, latar belakang pendidikan, dan lingkungan budaya dapat mengubah
tingkat kepentingan atau pemicu (driving force) suatu kelompok kebutuhan
bagi individu tertentu. Secara keseluruhan, teori ERG ini menunjukkan
versi hierarki kebutuhan secara lebih valid.
#matakuliah#sosialbudayaindonesia#umb#umbandung#sosiologi#administrasipublik
Komentar
Posting Komentar